Sisa supernova termuda di galaksi kita berhasil ditemukan, tersembunyi dibalik cadar debu dan gas. Penemuan ini dilakukan oleh National Science Foundation’s Very Large Array (VLA) dan NASA’s Chandra X-Ray Observatory yang berhasil menembus kegelapan untuk mengungkap keberadaan sisa supernova tersebut. Dan menjadi contoh pertama dari populasi sisa supernova muda yang hilang. Lah apa itu supernova? Supernova merupakan bintang yang meleda, jadi yang dicari ini adalah sisa-sisa ledakan tersebut.
Dari pengamatan ke galaksi yang lain, para astronom memperkirakan ada sekitar 3 atau lebih ledakan bintang yang terjadi di Bimasakti setiap satu abad. Ledakan terbaru yang telah diketahui adalah Cassiopea A yang terjadi sekitar tahun 1680 dan si supernova termuda yang baru saja ditemukan ini ternyata merupakan sisa ledakan yang terjadi 140 tahun lalu. Dan jika perhitungan laju terjadinya supernova benar, maka seharusnya ada sekitar sisa dari 10 ledakan supernova di Bimasakti yang jauh lebih mudah dari Cassiopea A.
Supernova seperti yang dijelaskan di awal merupakan sebuah ledakan bintang yang mejadi tanda dari akhir hidup sebuah bintang. Saat ledakan terjadi bintang itu akan melepaskan sejumlah besar energi dan memuntahkan elelemen berat seperti kalisumdan besi ke ruang antar bintang. Materi yang dilepaskan ini kemudian menjadi benih yang mengisi awan debu dan gas dimana bintang dan planet baru akan dilahirkan, dan melalui letusan kejut bisa memicu terjadinya pembentukan.
Problemnya, perhitungan memang menyatakan supernova yang lebih muda itu ada banyak tapi bukti dari sisa ledakan tersebut di Bimasakti maish sangat kurang. Hal ini membuat para astronom yang tampaknya normal jutru berbeda dalam beberapa hal yang tak diketahui dibanding galaksi lainnya. Bahkan pemikiran alternatif yang muncul, bisa jadi supernova yang hilang di Bimasakti mengindikasikan kalau pemahaman para astronom untuk hubungan supernova dan pproses di galaksi lain merupakan suatu kesalahan.
Dalam penemuan supernova termuda ini para astronom melakukan pengukuran terhadap pengembangan puing ledakan bintang. Hal ini dilakukan dengan membandingkan citra objek G1.9+0.3, yang diambil secara terpisah lebih dari 2 dekade. Tahun 1985, tim astronom yang dmpimpin oleh David Green menggunakan VLA berhasil mengidentifikasi sisa supernova yang saat iti diperkirakan berusia 400 – 1000 tahun. G1.9+0.3, berada dekat pusat galaksi sekitar 25 000 tahun cahaya dari Bumi.
Tahun 2007, tim lainnya yang dipimpin oleh Stephen Reynolds dari North Carolina State University, berhasil mengamati objek yang sama menggunakan Chandra X-Ray Oservatory. Dan yang mengejutkan, citra yang mereka ambil menunjukan kalau objek yang diamati itu 16% lebih besar dari citr yang diambil VLA tahun 1985.
Perbedaan yang sangat besar. Ini menunjukan kalau puing ledakan tersebut mengembang dengan sangat cepat. Dan itu menunjukan kalau objek ini jauh lebih muda dari yang diperkirakan sebelumnya. Pengukuran pengembangan tersebut dilakukan dengan membandingkan citra radio dengan citra x-ray. Nah untuk membuat perbandingan secara langsung, para ilmuwan ini kemudian melakukan pengamatan juga dengan VLA dan hasilnya sisa supernova itu memang benar-benar mengembang dengan sangat cepat.
Penemuan ini tentu saja menjadi sumber informasi baru dalam hal ledakan bintang. Ini seperti mempelajari kehidupan manusia saat bayi dan dewasa dimana ada kehilangan masa remaja yang tak terdeteksi. Nah sekarang kesenjangan itu akan bisa terisi. Penemuan G1.9+0.3 memang memberi kejutan besar. Kecepatan runtuhan ledakannya dalam mengembang dan energi yang sangat ekstrim dari partikel-partikelnya belum pernah terjadi sebelumnya.
Penemuan ini dimungkinkan terjadi karena adanya teleskop radio dan sinar-X. Tidak seperti teleskop cahaya tampak, kedua jenis teleskop ini bisa menembus tebalnya awan gas dan debu di galaksi kita. Bisa dikatakan dengan teleskop cahaya tmpak kita bisa melihat sebagian supernoa yang terjadi di alam semesta namun sisanya yang tersembunyi dibalik kegelapan sepertinya tertinggal di halaman belakang dunik kosmik kita ini.
Untungnya, awan gas dari ledakan bintang yang mengembang tersebut bersinar sangat terang dalam panjang gelombang radio dan sinar X selama ribuan tahun. Dan akhirnya teleskop radio dan sinar X bisa menunjukan apa yang sempat terlewatkan tersebut.
Sumber : NRAO
0 komentar:
Posting Komentar